>

Saturday, July 13

Cinta Kita 7.


Kini, sudah berlalu dua tahun pengalaman itu menyepi. Aku tahu dia masih menyalahkan diri. Aku mengerti akan kekesalan yang cuba dia sembunyi. Dia masih mengharapkan aku mencari pengganti. Dia ingin sekali melunaskan harapan ibu bapaku walau apa jua sekali.

" Sampai bila kita nak macam ni ", dia mula membuka kata. Aku kata padanya, " Sampai mati, mungkin hingga bila tiba masanya nanti. " Aku cuba untuk bilang kepadanya. " Bukan semua pengganti baru adalah jalan penyelesaiannya. "
Benar, memang hati aku juga menginginkannya, aku tidak pernah menafikannya. Tapi, aku cuba untuk membiarkannya, menyerahkan kepadanya, memahami segala aturannya.

" Bahagiakah awak dengan cara ini? Bukankah itu impian awak selama ini ", itu soalnya. " Jangan ganti sesuatu yang retak dengan barang yang pecah, jangan lagi ditekan luka yang berdarah, rawati duka itu dengan hati yang tabah, usaha dan berpantang untuk menyerah. ", aku harap dia memahami, dia mengerti. Mungkin tidak mampu bagi menjawab persoalannya, cuma aku mohon cukup untuk menenangkannya.

Dia terdiam, kaku seketika.

Aku mula berjenaka dengannya, meluahkan puitis maksud hati dan perasaanku.
" Tanyalah pada bulan dan bintang,
cukup sayang dicintai seorang,
kata jujur manisnya abang,
diucap janji erat dipegang. "

Air matanya menitis di pipi. Terukir juga senyumannya sekali. Dia datang kepadaku, mencium di pipi.
 Saat itu, di hati aku terdetik satu doa, " cukuplah dengan bahagia ini, teguhlah dengan cinta ini. "

Dia berlari-lari anak, minta dikejar seperti budak.

........................................................................................................................................................................................

Setelah menanti dengan begitu lama.
Janjinya tiba. Aku tahu, mungkin dahulu kami pasrah mencuba.
Simptomnya tiada tahu bila akan terubat dalam melawan masa.
Saat itu tiba.
Lahirlah, seorang permata. Perempuan jantinanya.
Sarah Jamilah diberi namanya.
Aku tidak tahu akan aturannya, takdirnya.
Tuah nama atau kebetulan sahaja mengenai diriku, Zakaria.

Kini, Sarah sudah mahir berkata-kata.
Walau pelat, tetapi tingkahnya tetap mengusik jiwa.

" Papa, papa, papa manis sekali dipanggilnya."

Bukan aku tidak mahu menghargainya, bukan juga niat aku untuk tidak mengenangnya.
Cuma, aku fikirkan jangan biarkan suka anak ini berubah duka.
Biarkan ia membesar dan menanti dewasa.

Benar,
satu kata yang aku tidak pernah ajar kepadanya.

Panggilan, " mama "

Saat Sarah Jamilah datang ke dunia.
Saat itu juga mamanya meninggalkan dunia.

Cinta itu tidak pernah mati,
bila pergi ia akan tetap lahir kembali.
Cuma ia tersembunyi di sesuatu zahir yang tidak mampu dipandang, tapi dirasa dekatnya di hati.

Aku mengerti inilah impiannya: melihat aku bahagia.




No comments:

Copyright © 2010 |Learntobetheperfectsecretadmirer .blogspot | All Righted Reserved