>

Wednesday, April 2

Tentang seorang wanita 7.

 

 

  

 

Fin.

"Ada cinta yang akhirnya tidak begini."


Hari ini genap satu tahun, kisah aku dan dia. Kisah cinta kami. Aku mengambil cuti hari ini walau tidak berteman, tidak juga punya janji temu dengan klien juga bukan dengan kekasih hati.

Aku masih sendiri. Hati ini masih menyepi. 
Kekosongan yang ditinggalkan masih lagi belum diisi.

Kata teman-teman rapat aku, aku terlalu memilih. Kata mereka, hidup perlu diteruskan walau hati ini luka dan pedih. Walau diri masih kekal untuk bersedih.

Hanya perih dan letih.                                          

Hari itu, aku masih ingat, di kota ini aku menyiapkan bekas makanan untuk kita. Sushi kegemaran dirinya,salmon. Katanya, salmon seolah punya magis pada dirinya. Gigih aku bangun di awal pagi bagi menyiapkannya. Bagi buat diri kau ketawa. Bagi mendengar dirimu bersemangat berjenaka.

Lama benar aku menunggu. Tapi langsung tidak bertemu. Setia menanti kehadiran dirimu. 
Hampa di hati buat ku keliru. Lama, aku menerima pesanan darimu, itu lagi buat diriku buntu.
Aku tidak tahu, sama ada teknologi atau jahilnya dirimu. Buat aku senang ditinggalkan bagai barang tak laku. 
Seolah aku hanyalah pelacur saat gelapnya malam mencari ‘anu’ dilepaskan nafsu.

Malu aku di pohonan Sakura.

Ketawa hanya mampu ketawa. Pandai sekali engkau berjenaka. Waktu cinta, lewat malam kau masih setia. Dengan ucapan, ‘selamat malam sayang, moga mimpikan yang indah saja’. 
Kini, bila aku bukan lagi permata, cukup dengan engkau menghantarkan, ‘tiada jodoh antara kita’.

Apa lelaki fikir wanita ini seperti bunga? 
Diberi manisnya pada lebah yang bekerja. 
Bila layunya, kumbang juga tak lagi mengusiknya.

Klise.

Percaya pada lelaki tapi senang sekali dimungkiri.
Bila marah dan mencaci dituduh kami tak sedar diri,
bila dipermain kata kami bodoh pentingkan emosi.
Apa kami hanya alat ganti.

Didekati bila diingini,
ditinggalkan bila tak lagi suci?

Hari itu, aku nekad melupakan. Sesuatu yang telah buat aku lemah dan tak bermaya. Pedulikan segala telatah manusia. Yang takkan henti mengata, seolah semuanya berlagak sempurna.

Tak kira yang berjubah putih, yang berkemeja lengkap bertali leher, yang berseragam kemas.
Bagi aku, setiap dari mereka punya pandangannya, juga pendapatnya.

Kita hanya menegur bila tak senang di mata kita, berhenti bila terpantul balik pada diri kita.

Usah bercakap pasal dosa dan pahala. Aku juga punya ilmu agama.
Walau kurang, segala baik akan aku cuba terima.
Tapi yang lebih, mengapa senang dipejamkan mata?

Aku tak menagih untuk dipuji atau diangkat darjah oleh manusia.
Sekurangnya bertindak adil sesama kita.

Hari ini, aku menulis sesuatu buat aku ingati.
Tentang hati ini. Tentang diri ini. Tentang cinta ini.

Tentang keinginan diri.

Aku mengejar mimpi,
jauh dari sisi
yang munculnya tak pernah pasti.

Aku teruskan berlari,
tinggal dunia realiti,
segala siksa di hati,
cukup sakit di sini.

Bukankah percaya itu pasti,
dengan ada kuasa Ilahi?

Cinta tak pernah menanti,
Bahagia tak setia bersemi,
Hidup tak lagi berseri,
Bila hati telah dilukai,
Bila cinta senang didustai.
Harungi setiap perhitungan ini,
Dengan rasa syukur di hati.

Bukankah hikmah penuh misteri,
Buat kita teroka sendiri?

Bagai menanti pelangi,
Di waktu hujan menitis,
Bila tak dilihat lagi,
Diri hanya mampu menangis.

Ku tatapkan kenangan ini,
Buat pengajaran diri.
Bila janji telah dimungkiri,
Tiada lagi cinta sejati.

Tiada lagi mimpi diyakini.

p/s:

Selesai menulis lirik lagu.
Hanya menanti diri yang satu.
Walau suara tidaklah merdu.

No comments:

Copyright © 2010 |Learntobetheperfectsecretadmirer .blogspot | All Righted Reserved